SAMBAS -- Jika rokok ilegal bisa sampai ke tangan konsumen, maka pastilah ada pabrik kegelapan, tangan-tangan licin, dan mata-mata diam yang membuatnya tetap menyala. Pertanyaannya: siapa yang menyalakan api ini dari balik layar?
Di balik kobaran api pemusnahan rokok ilegal, tersimpan tumpukan pertanyaan yang belum terbakar habis. Ketua DPC Persatuan Wartawan Republik Indonesia (PWRI) Kabupaten Sambas, Samsul Hidayat, angkat suara soal yang menurutnya sudah terlalu lama “dibiarkan hangat-hangat puntung rokok” yaitu kurangnya transparansi dan ketegasan penegakan hukum oleh pihak Bea Cukai.
“Pemusnahan itu bagus, tapi jangan sampai hanya jadi tontonan. Sementara pelakunya malah jalan-jalan,” ujar Samsul, sembari menunjukkan arsip kasus pemusnahan rokok ilegal yang menurutnya “tak jelas ujungnya.”
Pemusnahan Tapi Tanpa Penjelasan?
Salah satu kasus yang menjadi sorotan adalah pemusnahan rokok ilegal oleh Bea Cukai Sintete. Dalam acara yang berlangsung bak festival, lengkap dengan spanduk besar dan dokumentasi kamera, ribuan batang rokok tak bercukai dimusnahkan. Namun sayangnya, yang tak ikut dimusnahkan adalah keraguan publik.
“Sudah sampai mana proses hukumnya? Siapa pelakunya? Apa ada sanksi? Ini yang tidak dijelaskan. Seolah setelah dibakar, semuanya hangus, termasuk pertanggungjawaban,” tegas Samsul.
Investigasi dirinya menemukan bahwa hingga saat ini belum ada kejelasan tentang tindak lanjut terhadap pelaku dalam kasus-kasus serupa di wilayah Sambas dan sekitarnya.
Beberapa pihak bahkan menyebutkan, pelaku kerap "tak ditemukan" atau "tidak diketahui identitasnya secara pasti", padahal barang buktinya nyata.
Kebut Transparansi, Jangan Hanya Asapnya Saja
Bea Cukai sebetulnya punya tugas mulia: memberantas rokok ilegal demi menjaga penerimaan negara dan melindungi masyarakat. Namun, seperti kata pepatah, “niat baik saja tak cukup jika tak dilakukan dengan benar.”
“Kami tidak menuduh, kami hanya meminta transparansi. Jika memang ada pelaku, proses hukumnya harus jelas. Jangan sampai pemusnahan hanya dijadikan ajang seremonial tahunan,” sindir Samsul yang juga menegaskan pentingnya kolaborasi antara wartawan dan lembaga negara untuk kontrol sosial.
Hasbi