Pinang Kalimantan Barat Tembus Ekspor, IPB Dorong Desa Jadi Motor Ekonomi.

Header Menu


Pinang Kalimantan Barat Tembus Ekspor, IPB Dorong Desa Jadi Motor Ekonomi.

FAKTA INVESTIGASI
Kamis, 05 Juni 2025

 


PONTIANAK -- Kalimantan Barat menandai babak baru dalam ekspor komoditas pertanian dengan melepas ekspor perdana pinang dari desa binaan IPB University, Kamis, 5 Juni 2025. Seremoni pelepasan dilakukan di Pelabuhan Dwikora, Pontianak, sebagai bagian dari program One Village One CEO (OVOC) yang digagas IPB untuk membangun ekonomi desa berbasis potensi lokal.


Komoditas pinang menjadi pionir dalam proyek OVOC di Kabupaten Kubu Raya, dengan harapan mendorong desa untuk berperan aktif dalam rantai nilai ekspor. “Pinang ini jadi langkah awal. Selanjutnya, kelapa akan menjadi komoditas utama yang kami dorong masuk ke pasar ekspor. Ini tentu berdampak positif terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD),” ujar Yulianto, Supervisor Komersial Pelindo Regional 2 Pontianak, di lokasi acara.


Upaya mendorong ekspor juga diperkuat dengan pengembangan Pelabuhan Internasional Kijing di Kabupaten Mempawah. Pelabuhan tersebut dijadwalkan mulai menerima kontainer ekspor pada pertengahan Juni. “Kami siapkan infrastruktur pendukung, mulai dari lahan, alat angkut, hingga fasilitas bongkar muat agar proses ekspor berjalan efisien dan berkelanjutan,” kata Yulianto.


Pemerintah daerah menyambut baik inisiatif ini. Bupati Kubu Raya dalam sambutan tertulisnya menyebut ekspor perdana pinang sebagai buah dari kolaborasi strategis antara perguruan tinggi, petani, dan pelaku usaha. “Pinang yang selama ini dipandang sebagai tanaman rakyat biasa kini mampu menembus pasar ekspor berkat pendekatan terpadu dan dukungan inovasi,” tulisnya.


Dukungan juga datang dari Direktorat Pengembangan Masyarakat Agromaritim IPB. Diki Reanaldi Maulana, yang juga menjabat CEO OVOC Kalimantan Barat, mengatakan perluasan pasar menjadi target selanjutnya. “Pasar kita saat ini adalah India dan Bangladesh. Ke depan, kami targetkan ekspansi ke Afrika dan negara berkembang lainnya,” ujarnya.


Menurut Diki, model OVOC dimulai dengan mengidentifikasi komoditas unggulan desa, lalu memperkenalkan inovasi dari hulu ke hilir hingga layak ekspor. Sinkronisasi promosi digital pun tengah dipersiapkan untuk memperkuat penetrasi pasar global melalui media sosial dan kerja sama internasional.


Sementara itu, Rektor IPB University Prof. Dr. Arif Satria menegaskan bahwa OVOC merupakan upaya membangun ketahanan ekonomi desa berbasis kewirausahaan sosial. “Kami tidak hanya membangun kapasitas petani, tapi juga memperkuat kelembagaan agar desa mampu mengelola rantai nilai secara mandiri,” ujarnya.


Ke depan, IPB berencana memperluas program OVOC ke desa-desa potensial lainnya di Kalimantan Barat, sebagai bagian dari strategi pembangunan ekonomi regional yang inklusif dan berkelanjutan. 


Hasbi.