Medan — Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Muslim Nusantara (BEM UMN) Al Washliyah menilai Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) lamban dalam merespons penanganan pascabencana yang melanda sejumlah wilayah di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Ketua BEM UMN Al Washliyah, Tahan Erwin Silaen, mengatakan hingga saat ini masyarakat terdampak masih menghadapi berbagai persoalan serius, mulai dari kerusakan infrastruktur, terganggunya aktivitas ekonomi, hingga keterbatasan akses layanan dasar.
“Fase tanggap darurat seharusnya segera diikuti dengan langkah rehabilitasi dan rekonstruksi yang konkret. Jika ini terlambat, maka penderitaan rakyat akan semakin panjang,” ujar Tahan Erwin Silaen.
Ia menegaskan, pemerintah pusat perlu segera membentuk Satuan Tugas (Satgas) Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana yang bersifat terpadu dan memiliki kewenangan kuat, dengan melibatkan unsur TNI, Polri, Basarnas, relawan kemanusiaan, serta pemerintah daerah.
Menurutnya, pelibatan penuh seluruh unsur negara sangat penting untuk mempercepat pemulihan wilayah terdampak, khususnya di Aceh yang mengalami dampak cukup besar.
“Kami meminta pemerintah menarik dan mengerahkan seluruh kekuatan negara, termasuk pasukan TNI, untuk membantu pemulihan Aceh. Ini murni persoalan kemanusiaan, bukan isu lain,” tegasnya.
BEM UMN Al Washliyah menilai keberadaan satgas khusus akan mempercepat perbaikan infrastruktur dasar, pemulihan rumah warga, fasilitas pendidikan dan kesehatan, serta memastikan distribusi bantuan berjalan efektif dan tepat sasaran.
Di akhir pernyataannya, Tahan Erwin Silaen menegaskan BEM UMN Al Washliyah akan terus mengawal proses pemulihan pascabencana dan menyuarakan aspirasi masyarakat terdampak agar negara benar-benar hadir secara utuh.
“Keselamatan dan pemulihan rakyat adalah prioritas utama. Pemerintah tidak boleh lamban dan harus segera bertindak nyata,” pungkasnya.
Datuk S

